Menyongsong Pendidikan Abad 21 

 

Sejarah Singkat Pendidikan  

 

Allah SWT and Rasulullah SAW telah memerintahkan setiap muslim untuk menuntut ilmu, di dalam alquran bertebaran ayat ayat yang memerintahkan seseorang untuk mencari ilmu dan memberikan posisi yang terhormat bagi seseorang yang berpengetahuan.  Perkembangan paradaban Islam dalam waktu yang relatif singkat dikarenakan muslim memahami pesan perintah belajar dan mencari ilmu sebagaimana yang terkandung dalam Al Quran dan melaksanakannya secara runut.  Ketika seseorang melihat kedalam isi AlQuran dan tradisi yang dikembangkan oleh Rasulullah akan terlihat banyak sekali acuan referensi yang merintahkan muslim untuk belajar, berpendidikan, mengamati dan observasi dan menggunakan akalnya.

Ayat yang pertama diturunkan ke Rasulullah Wpada malam ke 27 bulan ramadhan di tahin 611 Masehi merupakan titik awal dari perubahan peradaban ini:

 "Bacalah: Dengan Nama Tuhanmu yang menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal darah . ...
 Bacalah: dan Tuhanmu yang Maha Pengasih, yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam , mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
" (Quran, 96:1-5)

Rasulullah sangat  menghormati dan memberikan posisi yang tinggi terhadap orang yang berpengetahuan, bahkan seorang tahanan perang dapat dibebaskan asalkan dia mampu mengajari 10 orang untuk membaca dan menulis. Inilah sebuah karakteristik baru dari sebuah masyarakat pembelajar yang mengikat ilmu dengan menuliskan secara beramai ramai. Kemampuan membaca dan menuliskan pengetahuan inilah yang membuat sebuah pengetahuan dapat diturunkan dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Pembelajaran berkembang dengan pesat bukan  hanya secara oral dan hapalan tetapi juga secara literasi/tulisan. 

Di tahun 859, Fatima al-Fihri mendirikan madrasah Al-Karawiyin, sebuah madrasah atau sekolah formal pertama di dunia. Sebuah institusi pendidikan pertama di dunia yang memberikan gelar atau sertifikat  ijazah terhadap siswa yang berhasil memahami dan memiliki kemampuan untuk mengajarkan kembali kepada orang lain. Model pendidikan seperti ini kemudian dicontoh dan dengan cepat berkembang di seluruh belahan dunia Islam.  Di tahun 1000an, di bawah  kekhalihafan  bangsa Seljuk,  puluhan madrasah didirikan, dan  kemudian diikuti oleh pendirian madrasah di setiap mesjid mesjid yang tersebar.

Beberapa naskah manuskrip yang masih ada menunjukan bukti keberadaan ijazah  dengan teks khusus bertuliskan bi-haqq riwayatih yang menunjukkan otoritas dan kemampuan si pemegangnya.  Manuskrip ijazah Siqt al-Zand of Abü al-Alã’ al-Ma'arri, tahun 542 Hijriah  (=1147 Masehi) dan manuskrip   Kitab Sibawayh dari Zayd ibn al-Hasan ibn Zayd al-Kindi in   595 Hijiah  (= 1198 Masehi) yang tersimpan di  Bibliothèque Nationale di Paris menunjukan ijazah dengan kata bi-haqq riwayatih(= ‘the right to teach on the authority of another’) telah tertulis dalam surat tersebut .
 

Di sekitar abad 11, orang Eropa mulai berdatangan untuk belajar di universitas di wilayah Muslim, kebanyakan di daerah Andalusia, Spanyol. Ketika mereka tamat dan sekembalinya ke negaranya ,mereka membawa ide institusi pendidikan yang memberikan ijazah pada siswa yang berhasil ke negaranya. Diketahui kemudian bahwa Universitas Bologna di Italia dan universitas Oxford di Inggris  yang didirikan pada abad 11 dan 12, meneruskan tradisi pemberian sertifikat ijazah bagi yang berhak, dan menggunakan penghargaan atas sebuah kualifikasi seseorang dalam sebuah hal tertentu. Asal istilah Baccalareate diperkirakan berasal kata bi-haqq riwayati dan kemunkinan besar istilah  college juga berakar kata dari kata Arabik “kulliyat” yang bermakna mengacu pada sesuatu hal kata yang penting r yang perlu dipahami secar komorehensif dan utuh. 

 

 

 

 

Sebuah filem  "East To West - The Muslim Renaissance"  disamping ini, memperlihatkan bagaimana sebuah jaman keemasan terjadi di dunia Muslim, sementara Eropa berada dalam abad kegelapan.  Filem ini menunjukkan bagaimana Muslim mampu mengintegrasikan pemikiran dari Yunani, Romawi dengan India dan Persia menjadi sebuah awal perkembangan sains modern yang mencengangkan. Ilmuwan Muslim adalah  ilmuwan generasi awal yang tidak saja menuliskan kembali pengetahuan dari generasi sebelumnya tetapi juga menyumbangkan pola pencarian keilmuan berdasarkan pengujian atau eksperimen ilmiah secara runut terhadap beragam fenomena alam.   Percobaan Ibn al-Haytham (Alhazen) mengenai Optik di  sekitar tahun 1000 misalnya melahirkan sebuah buku mengenai Optik, membuatnya diangkat menjadi Bapak Optik, dengan sains yang beriorientasi data empiris hasil percobaannya menguraikan dasar dasat teorl cahaya. Beberapa orang mendedikasikan Ibn al-Haytham sebagai ilmuwan pertama yang menerapkan  metoda ilmiah melalaui percobaan dan pengambilan data empiris.  

Sebuah kenyataan di mana Muslim mulai terpuruk dalam perkembangan sains dimulai ketika jatuhnya Spanyol, dan ribuan buku -buku di perpustakaan dibakar dan sebagian dibawa ke Eropa, sebagai bahan untuk menggerakan Renaisance di Eropa.   

 

Melewati abad 12 di Barat,  kegiatan pembelajaran sangat sedikit, dan berbiaya mahal,  di Inggris misalnya, untuk mendapatkan pendidikan siswanya harus membayar mahal,  dan orang biasa akan sangat sulit membayar  untuk pendidikan yang mahal ini, seandainya mampu itupun harus seijin dari tuan tanah sekitar,  jika ada orangbiasa pergi sekolah tanpa ijin maka dia akan mendapatkan denda yang berat. Kebijakan ini semata sebagai sebuah cara untuk membuat  orang biasa bertahan diposisinya, warga terdidik ditakuti akan memberi perlawanan terhadap tuannya.  Mencari warga Inggris terpelajar pada saat itu sangat sulit, dan sebahagian besar orang yang  bisa baca tulis berada dalam lingkunga monastery,  namun karena orang yang bekerja di gereja atau monastery telah diminta bersumpah untuk meninggalkan kesibukan dunia, maka hasil karya tulisan mereka hanya berada dalam lingkungan mereka saja.

Sistem sekolah yang ada di masa kini, lebih berasal dari Amerika yang mengadopsi sistem yang dikembangkan di Prussia ( sekarang Jerman). Sebuah model  pendidikan yang "wajib dan gratis" didesain oleh penguasa Prusia, dengan harapan untuk menciptakan rakyat dan tentara yang patuh, yang tak akan mempertanyakan otoritas penguasa. Sebuah sekolah dasar yang dibiayai oleh pajak, dan wajib ini  melingkupi 8 tahun pembelajaran. Sekolah ini bernama "Volksschule" di mana 90 persen rakyatnya harus mengikuti sekolah ini, mempelajari kepatuhan, kerjasama dan eytika yang baik disamping  menulis membaca dan berhitung. Melalui sekolah ini, kerajaan menciptakan kondisi agar yang miskin untuk menerima takdir dan selalu patuh pada penguasa.  Sekolah ini mengadopsi pendekatan pabrik, dimana siswa  masuk pada usia yang sama,  dikelompokkan pada kelas kelas yang sama, diberikan materi pembelajaran dengan kurikulum yang sama, dievaluasi pada waktu tertentu dan diharapkan untuk berkembang dengan pola seragam. Konsep sekolah ini yang kemudian diadopsi oleh pemerintah Amerika dan disebarkan keberbagai belahan dunia dan  bertahan hingga masa kini.

 

 

Pergeseran Paradigma Pendidikan 

Sistem sekolah konvensional yang diperkenalkan oleh Raja Prussian kini mulai terlihat usang,  di era indutri dan pabrik, dia  mampu memenuhi  harapan dan sesuai kebutuhan. Namun kini sistem ini terlihat tertinggal, dikarenakan kedatangan teknologi Informasi yang membawa banyak kebebasan. Tidak lagi belajar harus dengan teman sebaya pada ruang kelas tertutup, Internet telah  mampu memberikan sebuah akses komunikasi ke dunia secara instan, dan akses ke informasi di dunia manapun,  dIa menjadi kunci yang membuka sebuah sistem pendidikan yang baru, dimana siswa dapat mendapatkan informasi dengan cepat di jarinya, serta dapat bekerja dalam sebuah tim untuk menunaikan tugas yang tidak dapat dikerjakan sendiri. Pembelajaran di kelas bergeser dari pasif ke aktif dan fokus pada penerapan analysis, evaluasi dan sinthesis.  Siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap pembelajarannya dan dapat secara mandiri mempelajari bahan bahan inti secara individu atau kelompok, dan  menerapkan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya pada beberapa aktifitas yang menggunakan proses berfikir orde tinggi.    

Pada saat ini kita menyaksikan pergeseran paradigma dalam pendidikan, dari pola mengajar dengan tatap muka di ruangan kelas dengan dindidng tembok, berpindah menjadi pembelajaran virtual/ maya dimana belajar dapat mengambil tempat dimana saja, kapan saja melalui metoda on-line tersambung dengan internet.  Jutaan siswa telah memanfaatkan e-learning di sekolah, dan hampir semua sekolah umum telah mneyediakan instruksi pembelajaran berbasiskan digital e learning yang dipadu dengan sistem manajemen pembelajaran yang terprogram. Terdapat banyak jenis model mulai dari yang pengelolaan pembelajaran independen penuh ditangan siswa sampai ke pembelajaran yang difasilitasi guru berbasis smesteran. Pada "flipped class" TIK membantu banyak sekolah untuk menyatukan kelas fisik dengan kelas maya, dimana siswa  mendapatkan pengarahan dan dasar teori dengan membaca atau menyaksikan video dan ketika dikelas siswa menggunakan waktunya untuk mengasimilasi, mengintegrasi pemahamannya dalam sebuah pemecahan masalah atau diskusi atau perdebatan ilmiah.

 

Abad 21 memerlukan manusia yang berfikir kritis dan kreatif, dengan datangnya era informasi sistem pendidikan konvensional mendapatkan kritik seriud dalam hal pengembangan kreatifitas siswa. Salah satu solusi alternatif sekolah adalah melalui internet. Di tahun 2012, kita diperlihatkan  sebuah alternatif pendidikan dengan inisiatif yang sangat luarbiasa, kita diperkenalkan dengan sebuah sistem pembelajaran on-line terbuka dan masif atau  "Massive Open Online Course, MOOCs".  Beberapa penyedia jasa di Amerika yang berfinansial kuat, tampil dengan berasosiasi dengan  universitas terkemuka menciptakan dan menyediakan pembelajaran berbasis on line yang ditujukan pada partisipasi siswa dengan jumlah tak terbatas dengan akses gratis terbuka melalui web.  MOOC menyediakan  materi pembelajaran berbasis video, bacaan referensi, dan ragam diskusi permasalahan. Ada juga MOOC yang menyediakan forum interaksi antar pengguna yang membantu untuk membangun komunitas antara siswa, profesor dan asisten,  

Konsep MOOCs dengan cepat menjadi sangat populer dan penggunaanya menyebar ke berbagai belahan dunia, baik dalam ruang lingkup akademis maupun pada kelompok pembelajar mandiri/independen. Negara negara di Asia, Europe, Australia dan Latin America menunjukkan ketertarikan yang sangat terhadap konsep ini, dengan secara terpisah meluncurkan platform MOOCnya sendiri untuk menyediakan pembelajaran untuk keperluan internalnya sendiri.  Koran the New York Times secara lugas meproklamirkan  tahun  2012 sebagai tahunnya MOOC dalam pendidikan.   

 

 

 

 

 

Pembelajaran Untuk Abad 21  

Imam Ali RA, the Kalifah keempat berkata

  " Persiapkan anakmu menghadapi permasalahan yang bukan Zamanmu

Sebuah kata  mutiara yang dipesankan oleh Imam Ali RA,  bahwa seorang anak meski dididik untuk mempertahankan kultur, nilai nilai dan sejarah dari masa lalu tetapi juga harus dipersiapkan untuk hidup dan berkarya di masa depan. Kini setelah 14 abad  berlalu, pesan ini kembali disuarakan oleh Alfin Tofler yang berkata

 

"  Semua Pendidikan Harus Bersumber Dari Gambaran Masa Depan.

Jika Gambaran Masa Depan Yang Diyakini Masyarakat Tersebut Melenceng Jauh,

Maka Sistim Pendidikan Telah Menghianati Kaum Muda."  

                                                                                                                                 ― Alvin Toffler

 

Bernie Trilling menyarankan untuk mempersiapkan siswa di abad 21 ini dengan  3R (Reading, ’Riting and ’Rithmetic ) and 7C  (Critical Thinking-and-Doing, Creativity, Collaboration, Cross-cultural Understanding, Communication, Computing, Career & Learning Self-reliance).

Karena kita akan menyiapkan pendidikan untuk masa depan maka, kita pastinya perlu memperhatikan hal ini, dan kita perlu melihat secara detail asumsi dasar yang digunakan agar kita dapat secara baik memformulasikan pendidikan di Abad 21 ini secara benar.

 

 

 

 

Saran Bernie ini nampaknya kemudian dipertimbangkan dan diformulasikan secara khusus oleh sebuah koalisi komunitas bisnis, pendidik dan pembuat kebijakan di Amerika yang bernama Partnership for the 21st Century Skills yang  kemudian keluar dengan  sebuah kerangka  pendidikan yang mempersembahkan pandangan menyeluruh mengenai  pengajaran dan pembelajaran yang menggabungkan beberapa fokus target luaran siswa Abad 21  (sebuah paduan dari beragam skill khusus,  ilmu pengetahuan,  expertise, dan literasi) dengan inovasi sistem pendukung yang membantu siswa untuk menguasai ragam kecakapan multi-dimensi  yang diperlukan untuk abad 21.  Element elemen kunci dari pembelajartan abad 21 dapat dilihat pada gambar di samping. .

Pembelajaran di Abad 21 ini menyiratkan bahwa siswa akan menguasai sebuah kecakapan sekaligus melalui  proses produksi, sinthesis,dan  evaluasi informasi  dari beragam subjek dan sumber pemahaman dengan  berpatokan pada penghormatan pada ragam kultur yang ada  di masyarakat.

Siswa harus menunjukan kemampuan di tiga R : Reading. wRiting, aRithmetic, dan juga  4 Cs:  creativity, communication, Critical Thinking and collaboration. Mereka juga harus mampu memperlihatkan kemampuan literasi digital sebagaimana juga tanggung jawab seorang warga negara,  

 

 

 

Madrasah atau sekolah Islam, selayaknya dapat mengadopsi hasil luaraan target abad 21, namun tentunya dengan tambahan satu buah R yaitu Religius sebagai tambahan pada  3R.  Jadi Target luaran siswa Abad 21 untuk siswa madrasah dapat didefinisikan sebagai  Edu =  (RC)

Calon Khalifah abad 21 perlu memiliki karakteristik (RC)4, yaitu memiliki fondasi yang kuat di keagamaan, rajin membaca , mengikat ilmu dengan menulis, dan menghitung secara cermat , serta mampu memberikan solusi kreatif yang telah diuji secara kritis, mampu berkomunikasi dan bekerja sama secara baik dalam sebuah  kelompok masyatakat besar.  

                         

Bahasa Indonesia